Komunikasi yang jelas dan efektif adalah hal yang
sangat penting selama presentasi, baik dalam sebuah meeting yang dipenuhi oleh kaum eksekutif, sebuah konferensi di auditorium, ataupun dalam sebuah ruang kelas yang penuh
dengan mahasiswa.
Informasi verbal merupakan hal yang vital, tapi
bagaimana cara kita menyampaikan
informasi tersebut dapat menentukan seberapa banyak yang dapat diingat oleh audiens. Peneliti Allan
dan Barbara Pease menemukan bahwa 83 persen dari komunikasi adalah nonverbal, namun sudahkah kita mengetahui
dampak komunikasi nonverbal tersebut terhadap ingatan
para audiens?
Sebuah
penelitian dilakukan dengan menggunakan empat kelas yang identik di tingkat universitas dengan total 80 mahasiswa. Setiap kelas memiliki pembicara
tamu yang dihadirkan dimana dua orang
presenter menggunakan komunikasi nonverbal yang efektif, sementara yang lain
menggunakan komunikasi nonverbal yang buruk.
Bagian yang menarik adalah kelas menjadi lebih ke arah sebuah pertunjukan akting daripada
pertunjukan mengajar. Setiap presentasi adalah persis sama, bahkan kata demi kata, demikian juga PowerPoint dan panjang
presentasi. Satu-satunya
perbedaan adalah beberapa taktik nonverbal.
Komunikasi nonverbal mencakup sejumlah elemen , dalam penelitian tersebut ada lima
elemen yang dimanipulasi:
- Kontak mata. Presenter yang menggunakan komunikasi nonverbal yang efektif mencoba untuk membuat kontak mata dengan setiap mahasiswa selama presentasi; sedangkan pembicara dengan komunikasi nonverbal yang buruk memandang PowerPoint dan jarang menatap mahasiswa
- Fluktuasi suara. Presenter yang menggunakan komunikasi nonverbal yang efektif berbicara dengan variasi vocal (intonasi) di sepanjang presentasi; Presenter dengan komunikasi nonverbal yang buruk terus menggunakan vokal yang cukup monoton.
- Posisi di dalam ruangan. Presenter yang menggunakan komunikasi nonverbal yang efektif menggunakan clicker dan berjalan mengitari bagian depan ruangan; presenter dengan komunikasi nonverbal yang buruk berdiri di belakang podium dan menggunakan mouse untuk menjalankan PowerPoint.
- Ekspresi wajah. Presenter yang menggunakan komunikasi nonverbal yang efektif menggunakan berbagai ekspresi wajah antusias ; presenter dengan komunikasi nonverbal yang buruk berekspresi cukup datar.
- Gerakan tangan. Presenter yang menggunakan komunikasi nonverbal yang efektif terus menunjukkan telapak tangannya dan melakukan gerakan; presenter dengan komunikasi nonverbal yang buruk sering meletakkan tangannya pada permukaan podium.
Setelah presentasi, setiap kelas diberikan tes yang sama, dimana
pertanyaannya seputar informasi yang baru saja diberikan. Kelas dengan
komunikasi nonverbal yang efektif mendapatkan
nilai hampir 30 persen lebih
tinggi dibandingkan nilai
dari mahasiswa di kelas komunikasi nonverbal yang buruk. Mahasiswa tersebut kemudian dikumpulkan dan dilakukan sebuah
diskusi mengenai hal-hal menarik terkait pengalaman mereka. Berikut adalah opini yang diberikan oleh
mahasiswa di masing-masing kelas:
Kelas
komunikasi nonverbal yang efektif:
- "Apabila dia (presenter) terlihat tidak mengetahui apa yang dia bicarakan, maka saya tidak akan mempercayai atau mendengarkannya."
- "Secara umum, bahasa tubuh seorang presenter dapat memberitahu Anda mengenai pengetahuan yang dimiliki terkait dengan materi yang disampaikan."
- "Terkadang ketika presenter berbicara, saya tidak memperhatikan karena bosan, namun saya memperhatikan yang satu ini ."
Kelas
komunikasi nonverbal yang buruk:
- "Presenter ini hanya memiliki fakta-fakta acak. Saya tidak benar-benar tahu dari mana dia mendapatkannya."
- "Saya mudah terganggu dengan mencoret-coret di atas kertas saya. Saya mendengarkan di bagian pertama, tapi selanjutnya saya tidak mengingat apa-apa."
- "Saya mencoba fokus pada PowerPoint, tapi itu buruk juga."
Jadi,
apabila Anda memiliki kesempatan untuk memberikan presentasi baik kepada klien
bisnis Anda maupun di dalam sebuah konferensi, ingatlah bahwa apa yang Anda
katakan dengan menggunakan bahasa tubuh Anda sama bermaknanya apabila Anda
menggunakan mulut Anda.
Sumber: Entrepreneur.com
Sumber: Entrepreneur.com
No comments:
Post a Comment