Tuesday, August 20, 2013

Memaksimalkan Prestasi dengan Mengenal Gaya Belajar

Gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Misalnya ketika kita sedang ingin mempelajari mengenai public speaking, apakah kita lebih suka menonton video, mendengarkan guru atau ceramah, membaca buku ataukah mencoba langsung dengan secara praktek?

Hasil riset menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka yang dominan, saat mengerjakan tes akan mencapai nilai yang JAUH JAUH lebih tinggi dibandingkan mereka yang belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.

Ada berbagai pendekatan mengenai gaya belajar, yang paling populer dan sering digunakan antara lain pendekatan gaya belajar berdasarkan preferensi sensori, yaitu berdasarkan visual (penglihatan), auditori (pendengaran) dan kinestetik (sentuhan dan gerakan).


Orang visual akan sangat mudah melihat atau membayangkan apa yang dibicarakan. Mereka sering melihat gambar yang berhubungan dengan kata atau perasaan dan mereka akan mengerti suatu informasi bila mereka melihat kejadian, melihat informasi itu tertulis atau dalam bentuk gambar. 

Ciri-ciri gaya belajar visual:
  1. Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
  2. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
  3. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
  4. Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi
  5. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
  6. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
  7. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu

Orang  auditori mengekspresikan diri mereka melalui suara, baik itu melalui komunikasi internal dengan diri sendiri maupun eksternal dengan orang lain. Bila hendak menuliskan sesuatu, orang ini akan mendengar suara dari apa yang akan ia tulis. Bila ia harus bertemu dan akan berbicara dengan seseorang yang baru ia kenal, ia akan melakukan latihan mental mengenai apa saja yang ia katakan dan bagaimana cara mengatakannya.

Ciri-ciri gaya belajar auditori:
  1. Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
  2. Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
  3. Cenderung banyak omong
  4. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
  5. Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
  6. Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
  7. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya  anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll

Orang  kinestektik  sangat peka terhadap perasaan atau emosi dan pada sensasi sentuhan dan gerakan. Bila diminta untuk menuliskan suatu kata, orang ini akan "merasakan" dulu kata tersebut baru setelah itu belajar menuliskan kata tersebut. Orang kinestetik akan belajar MAKSIMAL dalam suatu kondisi di mana banyak keterlibatan fisik dan gerakan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik:
  1. Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar
  2. Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
  3. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
  4. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
  5. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
  6. Menyukai praktek/ percobaan
  7. Menyukai permainan dan aktivitas fisik
Ingin tahu preferensi gaya belajar Anda???
Untuk mengetahui gaya belajar yang Anda sukai, berilah tanda pada pernyataan yang Anda setujui di bawah ini:
  1. Saya lebih suka mendengarkan informasi yang ada di kaset daripada membaca buku
  2. Jika mengerjakan sesuatu, saya selalu membaca instruksinya terlebih dahulu
  3. Saya lebih suka membaca daripada mendengarkan kuliah/penjelasan
  4. Saat seorang diri, saya biasanya memainkan musik/lagu/bernyanyi
  5. Saya lebih suka berolahraga daripada membaca buku
  6. Saya selalu dapat menunjukkan arah Utara atau Selatan di mana pun saya berada
  7. Saya suka menulis surat, jurnal atau buku harian
  8. Saat berbicara, saya suka mengatakan, "Saya mendengar Anda, itu terdengar bagus, itu bunyinya bagus"
  9. Ruangan, meja, mobil atau rumah saya biasanya berantakan/tidak teratur
  10. Saya suka merancang, mengerjakan dan membuat sesuatu dengan kedua tangan saya
  11. Saya tahu hampir semua kata dari lagu yang saya dengar
  12. Ketika mendengar orang lain berbicara, saya biasanya membuat gambar dari apa yang mereka katakan dalam pikiran saya
  13. Saya suka olahraga dan rasanya saya adalah olahragawan yang baik
  14. Mudah sekali bagi saya untuk mengobrol dalam waktu yang lama dengan kawan saya saat berbicara di telepon
  15. Tanpa musik, hidup amat membosankan
  16. Saya sangat senang berkumpul dan biasanya dapat dengan mudah berbicara dengan siapa saja
  17. Saat melihat obyek dalam bentuk gambar, saya dapat dengan mudah mengenali obyek yang sama walaupun posisi obyek itu diputar/diubah
  18. Saya biasanya mengatakan, "Saya rasa, saya perlu menemukan pijakan atas hal ini, atau saya ingin bisa menangani hal ini"
  19. Saat mengingat suatu pengalaman, saya sering kali melihat pengalaman itu dalam bentur gambar di dalam pikiran saya
  20. Saat mengingat suatu pengalaman, saya sering kali mendengar suara dan berbicara pada diri saya mengenai  pengalaman itu
  21. Saat mengingat suatu pengalaman, saya sering kali ingat bagaimana perasaan saya terhadap pengalaman itu
  22. Saya lebih suka musik daripada seni lukis
  23. Saya sering mencoret-coret kertas saat berbicara di telpon atau di dalam suatu pertemuan/rapat
  24. Saya lebih suka melakukan contoh peragaan daripada membuat laporan tertulis atas suatu kejadian
  25. Saya lebih suka membacakan cerita daripada mendengarkan
  26. Saya biasanya berbicara dengan perlahan
  27. Saya lebih suka berbicara daripada menulis
  28. Tulisan tangan saya biasanya tidak rapi
  29. Saya biasanya menggunakan jari saya untuk menunjuk kalimat yang saya baca
  30. Saya dapat dengan cepat melakukan penjumlahan dan perkalian dalam pikiran saya
  31. saya suka mengeja dan saya pintar mengeja kata-kata
  32. Saya akan sangat tergantung apabila ada orang yang berbicara pada saya saat sedang nonton TV
  33. Saya suka mencatat perintah/instruksi yang disampaikan kepada saya
  34. Saya dapat mengingat dengan mudah apa yang orang katakan
  35. Saya paling mudah belajar sambil mempraktekkan/melakukan
  36. Sangat sulit bagi saya untuk duduk diam dalam waktu yang lama

Anda dapat menghitung berapa nomor yang Anda lingkari untuk masing-masing gaya belajar. Jumlahkan lingkaran Anda untuk masing-masing gaya belajar. Semakin tinggi angka tersebut, semakin Anda menyukai gaya belajar tersebut.

Gaya belajar visual : 2,3,6,7,12,17,19,23,25,30,31,33 
Gaya belajar auditori : 1,4,8,11,14,15,16,20,22,27,32,34
Gaya belajar kinestetik : 5,9,10,13,18,21,24,26,28,29,35,36  
Perlu diingat, Anda dapat menggunakan lebih dari satu gaya belajar.

Sumber:
1. Gunawan, Adi W. 2013. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
2. http://belajarpsikologi.com/macam-macam-gaya-belajar/

Wednesday, August 14, 2013

The Power of Word of Mouth Marketing

Buku Rest in Peace Advertising, Killed by The Power of Word of Mouth Marketing memiliki cover dan gaya penulisan yang menarik. Berikut adalah cover dan sedikit sumary dari buku tersebut...

Buku dengan ketebalan kurang lebih 230 halaman ini dikemas dengan sangat menarik. Seringkali ketika orang memulai bisnis, tentunya yang perlu dipikirkan adalah bagaimana melakukan pemasaran agar produknya dikenal dan dikonsumsi oleh khalayak luas. Yang terpikir oleh kita mungkin membuat poster, brosur, dan iklan agar masyarakat mengenal produk kita. Namun seberapa efektifkah uang yang kita keluarkan untuk melakukan promosi-promosi tersebut? Nah buku The Power of Word of Mouth Marketing ini sangat membantu baik pebisnis mula-mula atau mereka yang sudah menjalankan bisnisnya selama bertahun-tahun. 

Buku ini ditulis oleh tiga orang, yaitu:
  • Marlin Silviana, lulusan magister manajemen Prasetya Mulya Business School dan merupakan associate partner & head of consultant Hachiko (Customer Loyalty Consultant)
  • Sumardy, Dosen post graduate di London School of Public Relations, Jakarta; founder & CEO Buzz&Co (Word of Mouth and Community Marketing Agency). 
  • Melina Melone, lulusan magister komunikasi pemasaran London School of Public Relations; associate partner & head of planner Buzz&Co (Word of Mouth and Community Marketing Agency).
 Buku ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
"Petunjuk" dari Tuhan untuk para pemasar
Hal menarik di awal buku ini adalah karena buku ini mengkaitkan agama dengan pemasaran. Diceritakan bahwa agama adalah sebuah 'produk' dengan berbagai 'merk' dan mereka semua memiliki konsumen yang loyal yang selalu menceritakan hal-hal baik tentang 'merk'nya. Apakah agama mendatangi agency untuk membuat iklan? Apakah agama mendatangi media planner untuk meminta saran? Mereka TIDAK BERIKLAN. Resepnya hanya getok tular (dari mulut ke mulut), rekomendasi dari satu orang ke orang lainnya, dari satu generasi ke generasi lain, dari satu kelompok ke kelompok lainnya.

Delapan alasan kenapa Word of Mouth Marketing akan menentukan masa depan merk Anda
  1. God does not do advertising, Marketers do. God sells more, Marketers spend more.
  2. Advertising is confusing. Word of Mouth is convincing.
  3. Advertising is the price of being boring. Word of Mouth is the fruit of being interesting.
  4. Advertising is more expensive. Word of Mouth is much cheaper
  5. Advertising is losing trust. Word of Mouth is gaining credibility
  6. Advertising is made up. Word of Mouth is real
  7. Advertising is telling consumers. Word of Mouth is involving consumers.
  8. Advertising was dead history. Word of Mouth is a living future. 
WOMM #1. Customer do the Talking
If your brand doesn't have story, soon it becomes HISTORY. Tanpa cerita, merk Anda akan jadi sejarah! Sebaliknya, kalau dipenuhi dengan cerita menarik, merk Anda akan menciptakan sejarah.

WOMM #2. Customer do The Promoting
Sekedar dibicarakan, tidak otomatis memberikan dampak besar terhadap produk Anda. Harus ada usah yang lebih besar untuk membawa produk ke level yang lebih tinggi, yaitu PROMOTING. Setelah dibicarakan, konsumen juga mempromosikan dan merekomendasikan secara positif dan bahkan meminta orang lain untuk mencoba.  

WOMM #3 Customer do The Selling
Pada level ini, konsumen membicarakan, mempromosikan dan menjual Semua tujuan merk tercapai, mulai dari awareness, exposure, preference, sampai akhirnya sales.

Mencintai Negative Word of Mouth
Instead of trying to control information that was made public, we should have simply corrected abithing that was inaccurate. If we didn't do that, we'll pay for it.

If people talk negative about you, It shows that they still care and they still love you, because they want you to improve.

Semoga summary buku tersebut dapat memberikan inspirasi kepada sahabat-sahabat Cerdas Ceria.